Untuk pembahasan kali ini kita akan mengulas tentang suku lauje yang dalam hal ini meliputi sejarah, ciri fisik, mata pencaharian, keluarga, agama dan kepercayaan, agar lebih paham dan mengerti simak ulasan selengkapnya dibawah ini.
Contents
Sejarah Suku Lauje
Suku Lauje adalah suku bangsa yang antara lain bermukim di Kecamatan Tomini, Kabupaten Donggala, Provinsi Sulawesi Tengah. Dalam penelitian lapangan tentang sistem budaya pada masyarakat terasing di Sulawesi Tengah yang dilakukan oleh Anrini Sofion dan Tri Choesianto “1986”, diperkirakan suku Lauje tidak hanya tinggal di kecamatan lain di Kabupaten Donggala, tetapi ada juga yang tinggal di Poso. dan Kabupaten Luwu di Banggai. Jumlah penduduk Lauje di Kabupaten Tomini dengan jumlah penduduk 37.032 jiwa pada tahun 1984 belum diketahui secara pasti. Di kabupaten ini, ada yang tinggal di sekitar pesisir Teluk Tomini dan ada pula yang tinggal di daerah pegunungan.
Dia juga: Suku Limbai – Sejarah, Kekerabatan, Filsafat, Tradisi, Nilai, Mata Pencaharian, Asal Usul
Mata pencaharian suku Lauje
Mata pencaharian utama mereka adalah bercocok tanam di ladang yang selalu berpindah-pindah, dan tanaman utamanya adalah padi dan jagung. Selain itu, mereka juga menanam sayuran. Baru-baru ini mereka mulai menanam cengkeh dan bawang putih. Petani di daerah pesisir juga menanam singkong, ubi jalar, pisang, pepaya, mangga liar, dan sayuran di pekarangan belakang rumah mereka. Jenis mata pencaharian lain di lokasi ini adalah berburu rotan, damar, lilin, kerajinan tangan, berburu, dan beternak. Pada musim paceklik biasanya makan ubi unggayu, ubi hutan atau ubi ondot yang tumbuh liar di hutan.
Ukuran keluarga
Selain keluarga inti, dikenal pula kelompok keluarga besar. Sebuah keluarga besar tinggal dalam satu rumah, tetapi setiap keluarga inti memiliki dapur sendiri. Persatuan keluarga besar adalah kelompok yang mirip dengan klan patrilineal. Desa Palasa di Kabupaten Tomini terbagi menjadi 31 kelompok patrilineal. Setiap kelompok tinggal di daerah tertentu dengan nama tersendiri yang sama dengan nama gunung atau lembah tempat mereka tinggal. Dalam pernikahan mereka, mereka mempraktekkan kebiasaan eksogami kelompok. Anak muda bebas memilih pasangannya sendiri, meski pilihan anak tidak selalu disetujui oleh orang tuanya. Oleh karena itu, mereka juga mengenal adat kawin lari.
Permohonan perkawinan didahului dengan beberapa tahapan, yaitu lamaran, penerimaan lamaran, penyerahan mahar, dan perkawinan. Lamaran dari pihak laki-laki kepada pihak perempuan disampaikan dengan mengirimkan utusan yang membawa lempengan batu (tolang). Jika lamaran diterima, pihak pria menyiapkan 11 hal untuk lamaran tersebut, yaitu sarung batik (bate’), baju kebaya (kabaya), sepasang gelang (gonge), sepasang anting (anti anti), sebuah jarum (siji’), gulungan benang jahit (gapase), sisir (sasalange), sisir (paniti), cermin (pandangan), bedak (pupure), tas kain berisi uang 100-500 rupiah. Barang lamaran ini diantarkan oleh kepala adat dari pihak mempelai pria serta ayah dan saudara dari calon mempelai wanita. Penerimaan lamaran (tinarimane) oleh pihak perempuan ditutup dengan makan bersama.
Pengiriman mahar dilakukan setelah dua atau tiga minggu setelah menerima aplikasi. Pemindahan mahar biasanya dilakukan pada malam hari, dan hanya pria yang sudah menikah yang dapat berpartisipasi. Orang-orang muda berada di luar rumah, mereka senang menyanyi dan menari. Pemberian mahar merupakan inti dari upacara tersebut. Mahar terdiri dari empat tumpukan barang, yaitu lempengan batu (sampilubibi) sebagai kata pembuka, lempengan batu (asasala) sebagai pembersih dosa, mahar sebenarnya (tolang), terdiri dari 12, 10 atau 7 lempengan baru, menurut gelar gadis itu, dan pedang dengan empat pelat tongkat. Upacara pernikahan berlangsung dengan berbagai upacara yang sangat rumit.
Dia juga: Sejarah Suku Asmat
Agama dan kepercayaan suku Lauje
Saat ini, sebagian orang Lauje memeluk agama Kristen dan sebagian memeluk Islam. Namun, mereka masih mempraktikkan unsur-unsur sistem kepercayaan lama. Orang Lauje percaya bahwa mereka adalah keturunan dari nenek moyang yang sama. Salah satu leluhurnya adalah Yongko Laj yang kemudian mewariskan laki-laki Olongian dan perempuan Olongian. Laki-laki Olongian hidup dan memerintah di “alam atas” (surga). Dia kemudian dikenal sebagai llah Ta’ala. Olongian betina hidup dan memerintah di “antera” (bawah tanah). Lauje disebut wanita Olongyan Nur llah. Kedua olongian ini adalah ahli waris masyarakat Lauje sekarang.
Selain suku Olong, suku Lauje masih mempercayai beberapa dewa lain yang memiliki tugas khusus dalam kehidupan manusia di dunia ini.
- Pertama, Prabu Tongka Alah yang berperan sebagai perantara antara arwah orang mati yang tinggal di surga dan yang masih hidup di bumi.
- De Puang Ma Petu yang hidup di bawah tanah sebagai dewa kehancuran.
- Ketiga Olongian sebagai dewa penyelamat yang bersemayam di mata air.
Orang Lauje juga percaya pada makhluk halus, yaitu Togu Petu, Togu Ompongan dan Togu Ogo. Seperti yang telah disebutkan di atas, Togu Petu yang bertugas menjaga tanah dianggap sangat menentukan dalam menentukan berhasil tidaknya suatu usaha di ladang. Togu Petu’, yang bertanggung jawab menjaga tanah, dianggap penting untuk keberhasilan atau kegagalan operasi pertanian. Togu Ompongan adalah roh kepala hutan yang mengawasi aktivitas manusia di hutan. Togu ogo adalah roh penjaga air dan penguasa sungai. Roh-roh inilah yang dimintai izin oleh manusia jika ingin melakukan aktivitas tertentu di sekitar lingkungan kekuasaannya.
Luaskan sistem kustom
Lauje juga mengenal sistem kelompok keluarga besar. Mereka hidup berkelompok. Sebuah kelompok, atau beberapa keluarga inti, tinggal di rumah yang sama. Tetapi setiap keluarga inti memiliki dapurnya sendiri. Seperti kebanyakan suku di Indonesia, suku Lauje menganut sistem patrilineal. Sistem perkawinan mereka termasuk dalam sistem eksogami kelompok. Anak-anak dapat memilih pasangannya sendiri, bahkan menikah dengan pasangan di luar kelompok. Namun, jika izin orang tua tidak diperoleh, mekanisme tradisional lain dapat dipilih: kawin lari.
Lembaga adat masyarakat Lauje disebut Yelelumut. Lembaga adat ini ada untuk mengontrol cara masyarakat bertindak dan berperilaku sesuai dengan aturan adat yang diturunkan dari nenek moyang mereka. Lembaga ini masih menghormati orang Lauje. Contoh nyata pengelolaan hutan. Intervensi Yelemut selalu diperlukan untuk mencegah terjadinya penyimpangan yang dapat menimbulkan konflik antar warganya.
Dia juga: Sejarah Suku Bugis
Lembaga adat ini juga dapat memberikan sanksi adat bagi yang melanggar aturan adat. Pelanggar akan diadili sesuai adat di balai adat. Pengadilan adat ini adalah keluarga. Sanksi juga disesuaikan dengan besar kecilnya kesalahan, kemampuan ekonomi dan usia pelanggar. Contoh pohon beringin (nunu). Pohon ini bagi suku Lauje merupakan pohon keramat dan penduduknya dilarang menebangnya, meskipun pohon tersebut tumbuh atau berada di lahan milik sendiri. Pelanggaran terhadap penebangan pohon beringin akan dikenakan sanksi berupa denda uang dan piring tua (salamate).
Orang Lauje tahu bahwa mereka hidup di alam, sehingga mereka sangat menghargai alam. Rasa cinta mereka terhadap alam salah satunya terlihat pada tradisi Moganoi yang masih berlanjut, seperti di Desa Bamba Siang, Kecamatan Palasa. Moganoi adalah tradisi memberikan sesajen untuk meminta restu dari penguasa sakti yang dipercaya hidup dan menguasai lingkungan. Biasanya dilakukan sebelum seseorang membuka hutan. Didampingi oleh olongian (pemuka adat) warga yang hendak membuka lahan di hutan, terlebih dahulu mereka menyiapkan isi sesajen.
Sesaji harus berupa buah pinang (mandulang), jeruk nipis (tilong), tembakau daun sirih (taba’o), koin (do’i mo’oat). Setelah siap, maka sesajen harus diletakkan di atas kain putih yang ditata sedemikian rupa sehingga tampak bersih. Kemudian biarkan selama dua malam. Setelah didiamkan, orang yang ingin membersihkan hutan harus memeriksa kembali sesajen tersebut. Jika tidak bersih lagi, berarti yang bersangkutan tidak berhak membuka lahan di areal yang dikehendakinya. Namun jika sebaliknya tetap bersih, maka orang tersebut dapat membuka hutan (menebang pohon) untuk ditanami.
Model koloni Lauje
Pola pemukiman masyarakat Lauje di daerah pegunungan berbeda dengan yang tinggal di daerah pesisir. Di kawasan pegunungan mereka tinggal di rumah-rumah di tengah ladang yang jaraknya satu kilometer satu sama lain. Bisa dibilang rumah tersebut bukan rumah permanen, karena jika tanah untuk bercocok tanam sudah tidak subur lagi, mereka akan pindah dan membangun rumah baru lagi. Rumahnya terbuat dari kayu dengan atap rumbia atau daun kelapa.
Rumah panggung terkadang tidak berdinding, karena atapnya langsung ke tanah. Orang dalam tidak mengenal pembagian kamar, dan di sana mereka bekerja, makan, dan tidur. Rumah-rumah masyarakat Lauje di kawasan pesisir tampak berkelompok rapi dan berjejer menghadap jalan. Di sini, rumah panggung yang terbuat dari bahan yang sama seperti di pegunungan sudah mengenal pembagian ruangan akibat pengaruh luar.
Dia juga: Sejarah “Suku Karera” & (Bahasa – Mata Pencaharian – Kekerabatan – Kepercayaan)
website Pelajaran SD SMP SMA dan Kuliah Terlengkap
mata pelajaran
jadwal mata pelajaran mata pelajaran sma jurusan ipa mata pelajaran sd mata pelajaran dalam bahasa jepang mata pelajaran kurikulum merdeka mata pelajaran dalam bahasa inggris mata pelajaran sma jurusan ips mata pelajaran sma
bahasa inggris mata pelajaran
bu ani memberikan tes ujian akhir mata pelajaran ipa
tujuan pemberian mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan di sekolah adalah
dalam struktur kurikulum mata pelajaran mulok bersifat opsional. artinya mata pelajaran smp mata pelajaran ipa mata pelajaran bahasa indonesia mata pelajaran ips mata pelajaran bahasa inggris mata pelajaran sd kelas 1
data mengenai mata pelajaran favorit dikumpulkan melalui cara
soal semua mata pelajaran sd kelas 1 semester 2 mata pelajaran smk mata pelajaran kelas 1 sd mata pelajaran matematika mata pelajaran ujian sekolah sd 2022
bahasa arab mata pelajaran mata pelajaran jurusan ips mata pelajaran sd kelas 1 2021 mata pelajaran sbdp mata pelajaran kuliah mata pelajaran pkn
bahasa inggrisnya mata pelajaran mata pelajaran sma jurusan ipa kelas 10 mata pelajaran untuk span-ptkin mata pelajaran ppkn mata pelajaran ips sma mata pelajaran tik
nama nama mata pelajaran dalam bahasa inggris mata pelajaran pkn sd mata pelajaran mts mata pelajaran pjok
nama nama mata pelajaran dalam bahasa arab mata pelajaran bahasa inggrisnya mata pelajaran bahasa arab
seorang pengajar mata pelajaran akuntansi di sekolah berprofesi sebagai
nama mata pelajaran dalam bahasa jepang
hubungan bidang studi pendidikan kewarganegaraan dengan mata pelajaran lainnya
dalam struktur kurikulum mata pelajaran mulok bersifat opsional artinya mata pelajaran dalam bahasa arab
tujuan mata pelajaran seni rupa adalah agar siswa
